Kanibalisme dan Kebiasaan Misterius Suku Korowai, Papua

Indonesia bukan hanya terdiri dari suku-suku yang populer di kalangan masyarakat seperti halnya suku Jawa, suku Madura, suku Dayak, dan suku-suku lainnya. Jarang terdengar gaungnya atau belum kamu ketahui, bukan berarti suku-suku tersebut tidak ada lho!. Mereka justru tersembunyi di balik rimbunnya rimba hutan yang sepi. Dari banyak suku di Indonesia, yang paling misterius dan menyimpan banyak hal mistis dan mengejutkan adalah suku-suku di pedalaman ujung timur  Indonesia, Papua.

          Salah satu suku di pedalaman Papua. yang punya kebiasaan antimainstrem, adalah suku Korowai. Kebiasaan unik dan tidak biasa itu sampai-sampai membuat mereka terlihat begitu menakutkan. Suku yang amat terisolasi di hutan Papua ini baru ditemukan sekitar 35 tahun lalu. Berada di wilayah Kaibar, Kabupaten Mappi, Papua, suku ini pertama kali ditemukan oleh seorang misionaris Belanda sekitar tahun . Berikut ini beberapa kebiasaan suku Korowai yang akan membuat kamu pasti agak gelisah dan penuh banyak pertanyaan.

Busana keseharian masyarakat Korowai [image: source]
Kebiasaan Memakan Manusia (Kanibal)
          Pada awal penemuan yaitu tahun 1970, suku Korowai belum mengetahui bahwa selain mereka ada manusia lain yang telah hidup modern di dunia ini. Sebelumnya, mereka benar-benar terkungkung. Sejak ditemukan, suku Korowai memang sudah memiliki kebiasaan memakan daging manusia. Namun, bukan serta merta mereka memakan semua daging manusia yang mereka inginkan. Dan lagi, daging manusia bukanlah santapan rutin, tidak setiap saat suku Korowai mengkonsumsi daging manusia. Mereka memakan juga daging hewan hasil buruan seperti rusa, kadal, burung kasuari, ular, babi hutan atau hewan lainnya. Selain itu, makanan  pokok yang utama suku Korowai adalah sagu. Meski begitu, menurut seorang jurnalis bernama Paul Raffaele yang melihat langsung suku Korowai, hampir semua orang dalam suku Korowai pernah menjadi kanibal. Dan perilaku kanibal bukanlah hal yang tabu di kalangan mereka.
Persiapan berburu [image: source]
          Daging manusia seperti apa yang mereka konsumsi? Adalah anggota suku Korowai yang melakukan sesuatu yang dilarang oleh peraturan suku, praktik kanibalisme ini berlatar hukuman atau balas dendam. Misalnya, seorang anggota suku yang diduga kuat adalah seorang penyihir (khakhua). Maka, orang tersebut akan disiksa, untuk kemudian dieksekusi dan dimakan.  Adapun bagian tubuh favorit untuk disantap adalah otak. Dalam proses ini wanita hamil dan anak-anak tidak dilibatkan menjadi kanibal.

Rumah di Atas Pohon Tinggi
Adat istiadat yang lagi-lagi tak biasa dari suku Korowai adalah pilihan tempat tinggalnya. Kalau pada umumnya seseorang akan memilih tempat tinggal yang aman dan nyaman, terlihat kontras dengan pilihan tempat tinggal suku Korowai. Mereka secara sadar memilih untuk membangun rumah di atas pohon yang cukup tinggi. Tidak main-main, ketinggian rumah pohon suku Korowai berkisar antara 15 hingga ratusan meter. Bukannya merasa berbahaya tinggal di tempat seperti itu, malahan mereka merasa dirinya lebih terlindungi. Hal ini tentu terkait dengan kepercayaan mereka bahwa semakin tinggi rumah yang mereka huni, maka akan semakin jauh gangguan dari roh-roh jahat. Dan percaya atau tidak, kamu wajib percaya bahwa suku Korowai pernah menyelesaikan rumah setingga 114 meter dalam waktu 2 hari. Kejadian ini sempat ditayangkan di sebuah saluran internasional. Waw, amazing bukan?
Rumah pohon Suku Korawai [image: source]
          Disebut rumah pohon karena salah satu unsur utama dari rumah ini adalah pohon. Hanya pohon yang besar dan kokoh saja yang bisa dibuat sebagai tiang. Atap rumah dibuat dari susunan daun hutan. Sedangkan dindingnya terbuat dari kulit pohon sagu yang dianyam, lantainya dari cabang-cabang pohon.Untuk menggapai rumah yang menjulang tinggi di atas pohon, dibuatlah tangga yang disusun menjulang ke bawah. Unsur terakhir yang tak kalah penting untuk menyatukan bagian-bagian rumah adalah rotan yang dipilin. Hampir kesemua bahan diambil dari tumbuh-tumbuhan, proses pembuatannya pun dilakukan dengan tangan. Di rumah pohon tersebut, satu-satunya benda logam yang ada adalah parang atau kapak. Sangat alami bukan?

Sanksi Adat
         Selain menjadi korban kanibalisme, seorang yang melanggar peraturan suku Korawai akan diberikan sanksi adat oleh para tetua adat. Misalnya saja jika seseorang melakukan perzinahan, maka sanksinya dengan melakukan pertukaran barang antara keluarga-keluarga yang terlibat. Selain itu, berlaku juga sanksi untuk seorang wanita yang dilarikan pria, biasanya diselesaikan dengan membayar mas kawin kepada keluarga wanita.
Mengambil sarang semut di pohon [image: source]
Suku Korowai tidak Memakai Koteka
          Berbeda dari suku-suku lainnya di pedalaman papua, anggota suku yang berjenis kelamin laki-laki tidak memakai koteka. Fungsi koteka mereka gantikan dengan dedaunan saja. Sedangkan bagi anggota perempuan, mereka melindungi dirinya dengan rok pendek dari daun sagu.
          Yup, begitulah sekelumit sisi Indonesia dari titik-titik yang tersembunyi, terlindungi dari keramaian. Mereka akan terus menjadi Indonesia meski sejauh apapun  jaraknya dengan kita. Mereka akan selalu mengukir cerita, walau perbedaan itu ada, namun keberadaannya untuk memperindah kehidupan kita. 



          

Comments

  1. halo kak, wah tulisannya bikin saya melek budaya suku korowai..
    btw, salam kenal kak

    ReplyDelete
  2. menarik bgt mb trf suku karowai ini mungkin ekstrim y bagian kanibal apalagi santapan favorit otak langsung mual bayanginnya tapi untungnya ada alasan knp mereka bisa kanibal y. dan bagiankeren adalah bikinrumah pohondiats 114meter dlm 2 hari what kereeen bingits 😂 thx u sharingnya jd nambah wawasan lagi

    ReplyDelete

Post a Comment

Terima kasih telah memberikan komentar. Tunggu kunjungan balik saya ke Blog teman-teman :)