Oto : Angkutan Umum dengan Sensasi Disko

                Transportasi umum adalah salah satu hal yang dekat dengan rutinitas sehari-hari. Salah satu transportasi umum yang ada hampir di seluruh pelosok nusantara adalah angkutan umum. Baik di desa atau di perkotaan, angkutan umum menjadi tulang punggung mobilitas masyarakat. Biasanya, berbeda daerah, berbeda pula ciri khas angkutan umum. Ciri khas itu di Pulau Jawa biasa ditunjukkan dari warna kendaraan, tulisan penunjuk daerah, atau jenis kendaraan yang digunakan.
                Berbeda dari beberapa ciri khas di atas, angkutan umum di Pulau Tagulandang menyajikan konsep yang unik. Dimulai dari nama yang khas yaituoto, bahasa ibu pulau Tagulandang untuk kata mobil. Jadi jangan sekali-kali mencari angkot, mikrolet, atau metromini di tempat ini, karena dipastikan tidak ada. Hanya ada oto. Keberadaan oto pun sangat eksklusif, atau bisa dibilang sangat terbatas. Kita hanya bisa menemukan oto di hari selasa, kamis, dan sabtu bersamaan dengan adanya pasar harian. Intinya, keberadaan oto mengikuti keberadaan pasar di hari-hari tertentu.
DSCF6156
Penampilan Luar Oto (Dok. Tim SM3T IV Tagulandang)
Oto kebanyakan tidak berpenutup belakang. Bagian bodi kanan dan kiri memiliki rongga-rongga tidak berkaca  yang  unik. Tidak pernah saya temui di Jawa. Untuk menarik pelanggan, para supir memodifikasi oto sedemikian rupa. Mulai dari desain cat luar, langit-langit bagian dalam mobil yang dihiasi lampu dan karakter kartun, serta pengeras suara yang terpasang apik. Pengeras suara yang dipasang pada bodi dan interior dalam mobil pun kebanyakan bass. Sehingga saat musik diputar, maka bunyinya mendentum jauh sampai ke luar kendaraan.

Apalagi saat menjelang malam hari, lampu warna-warni yang tertata di setiap sudut mobil menyala menimbulkan efek cahaya mejikuhibiniu yang menari berputar-putar. Ditambah pilihan musik warga sekitar yang kebanyakan candu remix dan disko. Jadilah angkutan umum itu macam arena disko berjalan.  Lumayan, sebagai peramai sepinya jalanan tanpa lampu di pulau ini.
DSCF6169
Interior Dalam Mobil / Abaikan Model (Dok. SM3T IV Tagulandang)
Meski pulau ini termasuk dalam daerah terdepan, terluar, dan tertinggal, namun teknologi semacam smartphone, laptop, dan lainnya sudah dijangkau oleh warga. Hanya saja, tidak ada jaringan telekomunikasi  yang mendukung. Jadi, jangan sedih jika kita tidak candu pada musik disko yang diputar sopir oto. Kita bisa request lagu lain, bahkan bisa menyodorkan USB yang berisi lagu favorit kita untuk diputar dalam oto.  Para sopir sudah familiar dengan media semacaum USB. Pun, tidak usah takut, karena masyarakat di daerah ini sangat kooperatif dan toleransi, terutama pada pendatang. Asal kita meminta dengan ramah dan sopan.
Satu lagi yang membuat pelanggan nyaman adalah keberadaan kondektur. Meski oto bukan kendaraan besar macam bis di dalamnya terdapat seorang kondektur. Selain bertugas untuk menarik pembayaran, kondektur juga dengan ramah membantu penumpang menurunkan barang atau anak kecil dari oto. Mereka pun sigap jika diinformasikan tempat pemberhentian yang di tuju penumpang. Namun ada hal yang disayangkan yaitu imbas dari keterbatasan jumlah oto. Karena keterbatasan ini terkadang membuat penumpang memaksakan untuk tetap menaiki oto meski kuotanya telah melebihi batas. Hal ini tentu berbahaya.
                Nah, sampai saat ini, fasilitas umum oto di Pulau Tagulandang belum juga di bawah naungan pemerintah. Sehingga, ongkos yang dipatok pun cenderung mahal. Persaingan antar pemilik oto pun habis-habisan. Semakin bagus modifikasi oto, semakin diminati penumpang pula. Artinya, semakin banyak modal yang dimiliki pengusaha oto, maka kesempatan berkembangnya usaha akan semakin besar. Dan, kabar buruk bagi pemilik modal pas-pasan. Mungkin akan lebih baik jika pemerintah memberikan aturan baku bagi pemilik usaha oto, tentang batasan tarif dan lain sebagainya. Sehingga, fasilitas ini tetap terjaga kelestariannya dengan tidak merugikan pengusaha maupun penumpang oto.

Comments