Hanya Tiga Orang Siswaku

Pulau Tagulandang, tempat ku mengabdikan segenap ilmu di tanah rantau ini bukan hanya masuk dalam jajaran pulau terdepan, terluar, dan tertinggal. Tetapi merupakan daerah yang bisa dibilang rawan bencana alam seperti gempa, angin kencang, dekat gunung berapi yang masih aktif yang kadang menghawatirkan, serta hujan lebat.
Dalam enam bulan terakhir telah terjadi tak kurang dari belasan gempa dari kekuatan ringan hingga sedang. Selain itu angin kencang sering menumbangkan pohon-pohon di pinggir-pinggir jalan. 
Suasana Sekolah : Hanya Ada Seorang Siswa
Gempa yang terjadi di sekolahku suatu kali menumpahkan buku-buku dari rak, menumpahkan teh dari cangkir, dan menjatuhkan LCD komputer dari meja. Sehingga, tak heran kalau warga masyarakat lebih sering tidak mengijinkan putera-puterinya bersekolah saat cuaca tidak menentu. Suatu hari, dari keenam kelas hanya ada tiga orang siswa yang masuk sekolah.
Tiga orang siswaku ini datang dengan baju yang setengahnya basah, aku tersenyum dan bertanya pada ketiganya saat hujan mulai reda, “masih semangat belajar”? “Suka Ibu,” jawab mereka serentak. Sehingga, hampir melelehlah air mataku dibuatnya, sehingga betapapun hanya tiga orang siswa, aku tetap mengajar mereka dengan semangat yang besar. Sungguh, dalam tubuh sekecil itu, anak-anak ini menyimpan keberanian yang besar melawan kekhawatiran atas bencana-bencana tak terduga untuk menuntut ilmu. Terima kasih, kalianlah inspirasiku.
*Bawoleu, 2014



Comments