Meriahnya “Rasa” Hari Raya, di Pulau Tagulandang

Tak jauh beda dengan hari raya-hari raya di Pulau Jawa, di Pulau Tagulandang pun kemeriahan hari raya amat terasa. Akan ada riuh suasana petasan, kembang api dan bunyi-bunyian khas Hari Raya. Ada pula pernak-pernik yang berbeda dari hari-hari biasanya di sekitar rumah. Satu lagi yang tak ketinggalan, di meja tamu tiap rumah rapi terjejer jajanan yang bakal memanja lidah. Hanya satu yang berbeda pada perayaan hari raya di kedua pulau yang sempat saya tempati ini, apakah itu?

Hari Raya di Pulau Jawa
Hari raya yang umum dirayakan di Pulau Jawa adalah Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha. Di antara keduanya, yang paling meriah dan ditunggu-tunggu adalah Hari Raya Idul Fitri. Karena umat Islam di saat itu meraih kemenangannya setelah berpuasa sebulan penuh. Saat takbir bergema, tanda hari itu datang, umat Islam berbondong-bondong ke masjid malam harinya untuk melaksanakan takbir missal. Ada pula yang merayakan dengan karnaval atau takbir keliling. Keesokan harinya, warga menunaikan sholat Idul Fitri. Setelahnya, dilanjutkan silaturrahmi yang penuh nuansa damai (saling maaf memaafkan). Tak ketinggalan, opor ayam dan makanan lezat pun terhidang di setiap rumah.

Suasana hari raya idul fitri di Pulau Jawa akan terasa sampai sekitar sebulan lamanya. Di mana, di setiap toa-toa masjid akan berdengung gema takbir di setiap saat. Di depan rumah pun terhias gantungan ketupat atau miniatur bedug, serta tulisan minal aidin wal faidzin yang menambah meriah suasana hari raya idul fitri atau yang biasa disebut lebaran itu.
Berbeda dengan Jawa, di Pulau Tagulandang, kaum muslim adalah minoritas. Satu pulau sebesar ini, hanya memiliki sebuah masjid. Mesjid itu terletak di Tagulandang Induk di sekitar kampung muslim yang hanya terdiri dari belasan kepala keluarga. Keluarga muslim kebanyakan berasal dari luar Pulau Tagulandang. Sebagian besar berasal dari Jawa Tengah dan Gorontalo, mereka datang ke Pulau ini untuk berdagang.

Jarak masjid dari kampung tempatku mengabdi ±13 Km. Dan lebih jauh lagi tempat teman seperjuanganku yang berada di ujung utara pulau ini, ±25 Km. Suasana lebaran, hanya akan terasa jika kita berada di kampung ini. Di luar itu, di Pulau ini lebaran hanya ada di kalender saja. Namun karena hal itu, keeratan kekerabatan dengan masyarakat muslim sangat terasa. Terasa mengharukan.
 
Seiman : Di Kampung Bahoi, Warga Muslim Pulau Tagulandang dan Guru SM-3T Berkumpul untuk Ucapan Syukur dan Makan Bersama

Natal, Hari Rayanya Masyarakat Tagulandang
Nah, karena di Pulau Tagulandang warga kristiani mendominasi. Maka hari raya yang paling meriah di Pulau ini adalah Hari Natal dan Tahun Baru. Kemeriahan acara ini masih akan terasa setidaknya dari Bulan Desember sampai akhir Bulan Februari. Saat Natal tiba, semua masyarakat merayakan dengan gembira. Karena umat Kristiani mempercayai bahwa Yesus, juru selamat mereka lahir di hari itu. Di rumah-rumah akan kalian dapati pernak-pernik Natal seperti pohon cemara dan santa clause. Tak ketinggalan kue-kue dan makanan khas umat kristiani seperti Babi guling, erwe (masakan berbahan dasar anjing) atau sate babi.

Pasangan Perayaan Natal adalah Perayaan Tahun Baru, perayaannya dimulai saat berbunyinya lonceng 100 tepat pukul 00.00 tanggal 1 Januari. Sesaat setelah lonceng berbunyi, semua masyarakat juga saling maaf memaafkan. Pada pagi harinya, setelah ibadah tahun baru di Gereja, warga saling kunjung mengunjungi. Saling meminta maaf dan berbincang ditemani kue-kue dan minuman (di meja juga akan banyak terlihat minuman memabukkan). Karena adat dan kebiasaan di Pulau memang begini, jadi hal ini merupakan suatu hal yang wajar dan biasa saja.

Perayaan Tahun Baru di Sekolah
            Tak hanya di rumah-rumah saja yang dirayakan tahun baru. Tahun baru pun dirayakan di sekolah. Hal ini telah rutin dilaksanakan selama berpuluh-puluh tahun lamanya. Hari pertama masuk sekolah, tanpa dikomando para siswa dan guru akan membawa minuman dan kue-kue kecil untuk dimakan bersama-sama. Sebelum makan, dilaksanakan ibadah serta maaf memaafkan antar satu orang dengan lainnya. Hal ini sangat berarti, di mana tahun baru benar-benar bermakna. Tahun baru, hati yang baru, yang telah memaafkan kesalahan lama. Baik kesalahan diri sendiri maupun kesalahan orang lain.

Berbagi: suasana perayaan tahun baru di SD Gmist Sion Bawoleu, SD di Bawah Yayasan Kristen Indonesia

Toleransi dalam Perbedaan

Perayaan Hari Raya Natal

Perbedaan, selalu mewarnai kehidupan. Bisa dikata kalau perbedaan adalah hakikat kehidupan. Karena indahnya perbedaan itulah, hidup menjadi sungguh berarti untuk dijalani. Seperti dua hari raya oleh dua umat yang berbeda, keduanya memberikan celah untuk perbedaan. Ketika hari raya Idul Fitri, umat kristiani di sekitar kampung muslim tidak segan-segan untuk berjabat tangan mengucapkan selamat atas datangnya hari fitri. Pun juga, saat datang Hari Natal, umat muslim juga menyempatkan datang untuk sekedar ikut berbincang dan minum sebotol Sprite atau Fanta. Di Pulau ini, perbedaan berhasil mereka sulap menjadi keindahan yang tiada tara.

*Bawoleu, 2015

Comments