8 Mantan yang Paling Bikin Gagal Move On, No. 8 Endingnya Bikin Nyesek

Hi guys, hari ini bahas mantan-mantanan yuk. Kali aja habis bahas mantan kamu yang jomblo bisa jadi manten. Aamiin. Kenapa tiba-tiba pengen bahas mantan sih? Ya karena bagaimana pun juga yang namanya mantan pernah menjadi bagian dari hidup kita. Dan otomatis dari mantan-mantan itu kita bisa belajar banyak hal mulai dari yang bikin bahagia ataupun terluka, untuk kemudian bisa menjadi pribadi yang lebih baik saat ini.


Nah, berikut ini deretan 8 mantan yang paling bikin gamon alias gagal move on saking banyaknya kenangan yang telah terlewati.

Mantan tempat pengabdian SM3T (Pulau Tagulandang)

Urutan pertama deretan mantan yang paling bikin gamon adalah Pulau Tagulandang. Pulau yang ada di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro ini menyimpan banyak sekali drama yang banyak mengubah hidup saya. Meski hanya tinggal di sana selama setahun, tapi tawa dan air mata paling banyak tumpah di pulau ini.
Dermaga Pulau Tagulandang 

Sampai saat ini, saya masih dengan jelas merasakan perjalanan panjang mulai dari menaiki pesawat dan sampai di Bandara Sam Ratulangi, Manado. Dilanjut dengan naik kapal laut ke Pelabuhan Siau, untuk kemudian naik kapal lagi ke Pulau Tagulandang. Tak sampai di situ, untuk sampai di Desa Bawoleu Kecamatan Tagulandang Utara (tempat mengajar) masih harus naik ojek atau oto (sebutan untuk angkutan umum di daerah itu).

Murid-murid di Pulau Tagulandang
Di tempat ini saya belajar banyak hal. Apa yang ada di buku IPS tentang keberagaman, dan di PPKN tentang toleransi ada di hadapan saya. Konsep minoritas mayoritas yang ketika di Jawa nggak ada rasanya, di Pulau ini sangat terasa. Bagaimana tidak, menjadi 1% Muslim dari 99% umat Kristen benar-benar saya alami. Perbedaan bahasa, adat istiadat, dan semuanya tentu awalnya membuat detik demi detik rasanya menegangkan.


Tapi setelah waktu berjalan, pengalaman itu mengajarkan bahwa persatuan Indonesia itu nyata adanya. Perbedaan tidak membuat kita saling acuh atau berubah musuh. Justru, perbedaan itu perekat paling kuat munculnya persatuan. Mereka bilang torang samua bersodara “kita semua bersaudara”. Jadi meski awalnya tidak mudah, pengalaman di pulau ini menjadi tak terlupakan.

Mantan Sekolah Dasar

Diurutan kedua, mantan yang bikin gamon adalah mantan tempat sekolah SD dan MI. FYI, saya dulu pagi bersekolah SD. Siangnya lanjut lagi madrasah ibtida’iah yang sekarang berubah nama menjadi Madrasah Diniyah alias madin. Kenapa masa SD bisa jadi masa sulit dilupakan? Karena di kedua sekolah ini saya dilatih menjadi pribadi yang mandiri oleh kedua orang tua. Di saat teman-teman yang lain hari pertama bersekolah di antar orang tua, saya tidak. Bersama kedua kakak, saya berangkat sendiri melenggang ke dunia sekolah.

sumber gambar

Saat kelas satu, saya hanya fokus belajar membaca, menulis, dan berhitung. Untuk urusan membaca dan berhitung, saya cepat tanggap. Tapi yang namanya tulisan, sampai hari ini tetap bak cakar ayam. Kelas dua hingga empat saya lalui dengan hanya datang, bermain, dan pulang. Sampai akhirnya suatu saat seorang guru melempar penghapus kayu tepat mengenai pelipis saya. Tak berhenti di situ, saya masih harus maju mengerjakan soal matematika di papan. Gagal mengerjakan dengan benar, saya lantas dikatakan goblok. Deg!

Setelah kejadian itu, selanjutnya saya menjadi murid dengan nilai tertinggi di SD saya. Lulusan terbaik di SD, lulusan terbaik MI. Ajaib bukan? Karena itu, bersyukur sekali guru saya pernah melempar penghapus kayu yang membuat pelipis saya memar. Kalau bukan karena beliau, tak mungkin saya bisa seperti sekarang ini. Oia, nama SD saya adalah SD Negeri Ngembal 1, Kecamatan Tutur, Kabupaten Pasuruan. SD tempat saya memimpikan cita-cita yang kini terwujud. Karena itulah, gagal move on banget saya dengan SD ini.

Mantan Kampus

Sebelum masuk di kampus, saya selalu berpikir kalau usaha ditambah doa akan selalu menghasilkan sesuatu maksimal. Simplenya, usaha tidak akan menghianati hasil. Apa yang kita tanam, itu juga yang kita tuai. Tapi di tempat inilah saya belajar bahwa usaha memang tidak menghianati hasil, tapi hasil yang kadang menghianati usaha. Benar, hasil yang menghianati usaha.
Universitas Muhammadiyah Malang

Banyak hal yang dengan mati-matian saya usahakan di sini, sayangnya bukan hasil maksimal yang saya dapat. Beberapa berujung kekecewaan yang dalam. Mulai dari ujian yang menghasilkan nilai 30 (nilai terjelek dalam hidup) hingga lulus tidak sesuai target. Meski tentu saja, usaha kita tidak jauh meleset dari hasil. Tapi sedikit di bawah target. IPK 3.83 ketika lulus adalah dibawah target yang 3.9.

Belakangan, bukan tentang angka yang saya sesalkan. Tapi beberapa hal yang sudah saya lakukan sebaik-baiknya justru hasilnya terlihat tak sebanding. Tapi meski begitu, kampus ini yang mengajarkan pada saya tentang bersabar, menerima, terluka, dan bangkit setelah berkali-kai jatuh. Yang pernah mengerjakan skripsi (mengerjakan sendiri) pasti tahu lika-liku dunia kampus ya guys.

Selain kenangan nggak enak, ada juga hal manis di kampus ini. Seperti mendapat FKIP Award kategori peraih IPK terbaik dan atlet terbaik. Bangga menjadi alumni yang juga reporter Koran Kampus Bestari, Asisten Aplikom, bagian dari UKM Tapak Suci, dan di fase hidup inilah saya mulai menulis di koran hingga berujung mengoceh di blog ini.

Dan yang membuat tempat ini susah untuk lupa adalah kecintaan saya pada pagi yang terkadang bersinar terang, terkadang berselimut awan pekat, dan bahkan diderai rintik hujan.  Apapun cuacanya, kampus saya, Universitas Muhammadiyah Malang, Kampus III, yang ada di Jalan Tlogomas ini selalu mengharuskan kita untuk tetap kuat dalam segala situasi hati. Lho.. wkwkwkw

Tempat KKN saat S1

Apa ya artinya KKN, oia Kuliah Kerja Nyata. Nah, di tahun 2013 saya harus berangkat ke Desa Sukodono, Dampit, Malang. Nah entah seperti apa ceritanya, saya ditunjuk menjadi bendahara I di program tersebut. Oh, saya ingat, awalnya saya iseng menunjuk teman saya (yang saya kenal di co-trainer P2KK) sebagai ketua. Eladalah saya malah ditunjuk jadi bendahara. Nasib… nasib… Di tempat ini memiliki kemiripan dengan Pulau Tagulandang. Sama-sama tidak memiliki signal atau jaringan handphone.

MTs di Desa Sukodono, Dampit

Di tempat itu yang paling berkesan adalah saya mendapat tugas mengajar baca alquran setiap sore hari. Dan mengajar MI (mengajar bahasa Arab) di pagi hari. For your Information, saya ini jurusan pendidikan matematika. Jadilah, mengajar di sini lumayan deg-deg ser dan harus belajar sebelum mengajar. Setelah berbagai program kami lakukan, kelompok KKN kami, KKN 42 mendapat penghargaan sebagai Juara 1 Kelompok KKN berprestasi di kampus. Beritanya silahkan klik di sini


Diakui atau tidak, saya merasa teman-teman KKN saya memang orang-orang keren dengan jiwa yang sangat kompetitif. Karenanya, apapun yang dilakukan sepertinya adalah hal terbaik yang mereka pilih. Nggak heran sih pada akhirnya kita menang. Btw entah kenapa ya, di KKN 42 ini saya jadi bendaraha paling menakutkan. Ya, you know lah golongan darah O itu orangnya lurus. Kalau misal bayarnya hari ini ya harus hari ini. Kalau uang kembalian dari acara misal cuma seribu dua ribu, atau 500 rupiah tetap ditagih. Gila kan?

Tapi semakin ke sini, saya sedikit demi sedikit mulai bisa mentolerir sesuatu. Lantas bisa juga memahami apa yang diinginkan orang lain. Apa-apa yang terjadi di KKN ini, jadi pelajaran yang amat berharga bagi saya hari kemarin, hari ini, dan hari ke depan. Terima kasih KKN 42.

Mantan sekolah SMP

SMP Negeri 1 Purwosari, di sekolah ini saya belajar jadi orang yang disiplin. Mengerjakan semua tugas bahkan yang belum diajarkan. Saya ingat waktu itu ada modul bahasa Inggris. Sebulan setelah dibagikan, butuh yang jatahnya untuk setahun itu bahkan sudah terisi semua jawabannya hingga halaman terakhir. Tahun-tahun saat saya SMP, dari 8 kelas tiap tingkat ada yang disebut kelas unggulan. Dan setiap tahunnya saya menjadi murid di kelas unggulan itu yaitu 1A, 2H, dan 3C.
sumber gambar

Setiap istirahat datang, saya selalu ke perpustakaan untuk membaca buku. Buku-buku tebal seperti Siti Nur Baya, Tenggelamnya Kapal Vanderwich, dan komik pendidikan seperti Thomas Alfa Edison, Abraham Lincoln (presiden amerika ke-16) saya baca hingga tuntas. Saat ujian datang, jangan tanya, nilai saya selalu tidak kurang dari 80. Juara 3 dan 2 rutin saya dapat di kelas. Tak ketinggalan, di kelulusan saya mendapat NUN tertinggi. Saya ingat dengan jelas, nilai matematika 9.75 dan bahasa Indonesia 10,00.

Tapi dibalik itu semua, saya adalah pribadi penyendiri. Saya lebih suka membaca buku ketimbang bermain-main dengan teman-teman. Tapi tetap, saya memiliki sahabat-sahabat yang berada di sekitar bangku saya. Kala itu sekolah SMP selesai sekitar jam 13.00. Sepulang sekolah saya bergegas ke sekolah agama. Dilanjut mengaji malam di mushola. Malam harinya ya belajar lagi. Belajar kala itu lebih menyenangkan ketimbang bermain guys. Sebelum gadget menyerang.

Mantan sekolah SMK


SMK Negeri 1 Purwosari, tak banyak yang saya ingat tentang sekolah ini. Karena banyaknya tugas berupa laporan dan praktikum yang membuat kepala pening. Tapi di sini, saya pernah punya squad ala-ala gitu. Namanya Komisi Delapan. Saya sebagai presiden dan biasa dipanggil Bu Pres, selanjutnya ada Martha, Nia, Aminah, Anggun, dan Lely. Komisi 1 tentang keagamaan sepertinya Aminah, selain itu, lupa deng saya. Saat di sekolah ini, saya pernah punya cita-cita sebagai Presiden. Alasannya entahlah, saya benar-benar lupa.

Mantan tempat PPG


Universitas Negeri Malang adalah tempat Program Profesi Guru yang saja jalani. Karena program beasiswa, kami diberikan tempat menginap gratis (Wisma Putri tepat di depan MATOS), makan tiga kali sehari gratis, dan uang saku. Di tempat ini ada banyak tawa dan air mata yang diam-diam menetes. Saat perkuliahan berlangsung, maka sedari jam 08.00 hingga 16.00 kalian akan duduk untuk belajar banyak hal tentang matematika dan cara belajarnya. Ada istirahat sekitar satu jam pukul 12.00-13.00 (tergantung dosen pengajar)

Di malam hari, kita tidak bisa tidur nyenyak karena keesokan harinya harus mempersiapkan bahan ajar seperti RPP dan mempresentasikannya. Tak berhenti di situ, kita juga harus praktik mengajar di depan dosen dan guru pembimbing dari sekolah-sekolah negeri di Malang. Tak jarang, apa yang kita kerjakan semalam suntuk nampak tidak ada benarnya.


Di hari sabtu, pagi yang masih mengantuk harus kita paksa untuk bangun karena ada senam pagi dan sederet workshop yang harus kita datangi. So that, masa-masa PPG adalah masa-masa yang tak terlupakan saking padatnya rutinitas di sana. Setelah itu masih ada ujian tulis nasional. Bersyukur saya sudah lulus. Tapi kebahagiaan tak kunjung menggenap lantaran masih ada beberapa teman yang belum lulus. Semoga, di ujian berikutnya mereka segera lulus dan mengantongi gelar S.Pd, Gr. Aamiin

Mantan Tempat Mengajar


Untuk poin yang ini, tak banyak saya bisa berkata-kata. Terima kasih sudah pernah menjadi bagian perjalanan hidup. SMP Negeri 3 Malang, SMA N 1 Malang, SMP Negeri 6 Malang, dan tempat lain yang mungkin terlupa untuk saya sebut

Yah, itu dia delapan deretan mantan yang paling berkesan di hidup saya. Terkadang saat melewati banyak hal, kita hanya berfokus agar selesai secepatnya dan dengan hasil maksimal. Padahal, semua hal akan terasa lebih berarti apabila kita lakukan dengan memaknai detik demi detik dan mematrinya dalam hati. Karena apa? Karena setiap hal yang kita lalui saat ini, suatu saat akan menjadi kenangan. Dan baiknya, setiap kenangan yang kita buat adalah yang manis dan membahagiakan ketika diingat. Agar di kemudian hari, kita tidak pernah menyesal.


Comments