Resolusi 2019, Merasakan Hari Raya Nyepi di Bali

Nggak terasa ya guys, tinggal hitungan hari kita bakal meninggalkan tahun 2018. Tepatnya bukan benar-benar meninggalkan, akan tetapi terpaksa berpindah. Lha mau gimana lagi, sesayang apapun kita pada tahun 2018, kita tidak bisa memintanya tetap tinggal. Yang bisa kita lakukan adalah berdamai, merelakan, dan membiarkannya berlalu. Sumpah ya, ini kok berasa ditinggal mantan yang bersikukuh pergi sih. Hmmm…, kalau kebetulan kamu sekarang di posisi seperti ini, berkuatlah guys. I’m with you, kok.

Nah, mumpung masih di bulan penghujung tahun, aku mau menulis liburan impian tahun 2019 nanti. Ceritanya, setelah melihat beberapa tradisi unik di negeri ini, aku jadi ketagihan untuk melihat tradisi unik di sudut-sudut negeri yang lain. Kalau di tahun 2015 lalu sudah merasakan libur Natal di kawasan mayoritas Nasrani Manado, tahun 2019 ini pengen banget merasakan Libur Nyepi 2019 di kawasan mayoritas pemeluk agama Hindu, Bali.

Lho, Bali maneh? Yes, of course Bali dulu, Bali lagi, Bali terus, hehe. Secinta itu aku tuh sama Bali. Tapi seperti yang aku bilang tadi, di Libur Nyepi 2019 aku pengennya menghabiskan waktu untuk menikmati Nyepi di Bali. Dan memang, aku sedang butuh suasana sunyi, senyap, dan tidak ada kegiatan. Definisi itu akan sempurna di Hari Raya Nyepi. Untuk bisa benar-benar merasakanya tentunya harus di Bali.

Hari Raya Nyepi di Bali pastinya berasa syahdu. Bayangkan saja, 3.2 juta dari keseluruhan 3.8 juta jiwa yang melakukan ritual Nyepi dan merayakannya. Karena itu, di hari-hari itu kita akan bisa merasakan suasana yang berbeda dari hari biasanya di Bali. Apa saja itu, yuk simak berikut ini.

Turut merasakan empat pantangan

Di puncak Hari Raya Nyepi, tidak hanya umat Hindu yang menjalani empat pantangan (catur brata), tapi juga wisatawan. Nah inilah salah satu goal resolusi 2019, ikut melakukan sekaligus merasakan empat pantangan. Mulai dari tidak bepergian (lelungan), tidak bersenang-senang (amati lelungan), tidak bekerja (amati karya), dan tidak menyalakan api (amati geni). Kalau bisa menjalani empat larangan dengan mulus, ini pasti jadi kenangan yang sangat keren guys.

Menyaksikan tradisi pertunjukan budaya khusus Hari Raya Nyepi

Seperti kita tahu, sebelum dan sesudah puncak Hari Raya Nyepi ada serangkaian pertunjukan budaya. Mulai dari masyarakat yang bergotong-royong membuat patung ogoh-ogoh raksasa, pawai ogoh-ogoh,  hingga umat Hindu melakukan sembahyang di laut. Ada juga tradisi omed-omed alias berciuman massal setelah puncak Hari Raya Nyepi. Bukan asal ciuman lho ya, tapi merupakan ritual yang bertujuan menolak bala, memperkuat rasa asah, asih, dan asuh.

Lengangnya jalanan Bali

Di hari-hari biasa, aktivitas jalanan Bali tentu sangat padat. Mengingat wisatawan lokal maupun manca negara hilir-mudik di Pulau Dewata ini. Namun saat Hari Raya Nyepi tiba, jalanan dipastikan lengang tanpa sebiji kendaraanpun yang lewat. Bisa bayangkan, syahdu pastinya. Kalaupun ada yang lewat, pasti itu hanya pecalang yang berpatroli menjaga ketertiban, atau kendaraan ambulan yang bahkan tidak menyalakan sirine.

Nah, tiga hal spesial di Bali itulah yang membuat aku memiliki resolusi 2019 untuk memanfaatkan momentum Liburan Nyepi 2019 di Bali. Terlebih lagi, libur nasional Hari Raya nyepi 2019 akan jatuh pada hari Kamis, 7 Maret. Apa artinya? Kita yang bekerja seminggu lima hari dari Senin hingga Jumat bisa memiliki libur panjang pada hari Kamis, Jumat, Sabtu, dan Minggu. Woww…

Rencananya, sedari hari ini aku akan memanagemen waktu sedetail mungkin sehingga nanti sebelum puncak Hari Raya Nyepi 2019 sudah berada di Bali dan bisa menikmati serangkaian momentum Hari Raya Nyepi di sana. Pasti menyenangkan jika benar-benar bisa mewujudkannya.

Kalau kamu sendiri guys, apa resolusi 2019 kamu? Adakah tempat yang ingin kamu kunjungi saat Liburan Nyepi 2019 mendatang?