Hai Kamu, Apa Kabar?

*Sebuah Tulisan Tentang Kerinduan, sebab Kita Kini Berjarak



Hi Kamu  semua, apa kabar? Ini kiranya sudah hari ke-10 kita berjarak. Dan melihat kondisi saat ini, nampaknya akan ada hari ke 15, 16, dan seterusnya yang memaksa kita masih tak bisa lagi bersua.

Hi Kamu semua, apa kabar? Dengan nyata kita telah melihat lewat maya, layar kaca, radio, dan segenap peraturan dadakan, bahwa bumi kita sedang berduka. Sungguh kamu tahu, bumi kita sedang sakit. Itulah mengapa, hari ini kita semua diharuskan berjarak. Karenanya, mari berkuat, mari berkomitmen untuk berjarak. Ini sementara, inshaAllah segera datang lagi masa bersua, untuk bahagia bersama.

Lewat tulisan ini, aku mau menyapa kamu semua, mengingatkan kembali bahwa bumi kita sedang sakit. Maka, mari bahu membahu membuatnya jadi membaik. Caranya, kamu berusahalah untuk tidak sakit atau bahkan tersakiti, baik raga, pun juga jiwa. 

Bumi kita sudah sakit, maka bantulah bumi dengan menuruti apa yang dititahkan pemerintah dan para pejuang kesehatan. Benar, bumi kita sedang sakit. Jangan turut sakit, cuci tanganmu dengan sabun, #dirumahsaja dengan keluarga, makan makanan bergizi, jaga imunitas tubuh, pakailah masker jika terpaksa terdesak kepentingan di luar, pun pakai masker jika kamu merasa batuk, pilek, atau sejenisnya.

Bumi kita sakit, maka, kamu pun aku harap sedang tidak sakit hati oleh apapun. Jika terpaksa iya, cintamu ditolak, perasaanmu disia-siakan, kamu ditinggal saat sedang sayang-sayangnya, atau bahkan hal lain, aku rasa ini waktu yang tepat untukmu menjaga jarak dengan kesedihan. Mari #dirumahsaja untuk menjadi orang yang lebih baik lagi, mari #dirumahsaja dan pikirkan/lakukan hal-hal yang membuatmu lebih merasa berharga. Bumi kita sedang sakit, ragamu harus sehat, perasaanmu, aku sungguh berharap itu akan baik-baik saja. Kamu, aku, dan semuanya, pasti bisa melalui ini semua. Tersenyumlah.

Melalui tulisan ini juga, aku ingin menyapa para dokter, perawat, dan semua tenaga kesehatan yang saat ini berada di garis terdepan, garda terdepan untuk menyelamatkan kita semua dari virus corona, aku ucapkan banyak-banyak terima kasih. Meski tak bisa banyak membantu, doaku, dan masyarakat Indonesia agar kalian selalu sehat, diberi raga yang kuat, dilindungi dari mara bahaya agar mampu melaksanakan tugas berat ini. Bukankah, sejauh apapun doa akan sampai?

Beberapa kali aku pikirkan, sekalipun aku tak akan pernah mampu menjadi seperti dokter, perawat, dan semua tenaga kesehatan yang tak gentar membiarkan nyawanya terlempar di meja perjudian untuk menyelamatkan pasien. Jika menang, kalian akan menyembuhkan pasien dan menyelamatkan diri sendiri. Jika kalah, nyawa kalian pun turut melayang demi menyembuhkan pasien. Sungguh, berkali-kali aku memikirkan itu, dan hatiku menangis. Kiranya, Tuhan memberika surga sebagai balasannya.

Melalui tulisan ini, aku ingin menyapa (kamu) para pekerja yang diharuskan tetap masuk di situasi genting ini. Aku berpikir bahwa kalian tak punya pilihan lain kecuali itu. Tetaplah waspada, pakailah masker, rajin-rajinlah mencuci tangan, batasi ruang gerak hanya rumah-tempat kerja-rumah-tempat kerja. Semoga Tuhan selalu melindungi kamu semua yang masih harus bertebaran di muka bumi di saat genting, demi kelangsungan hidup keluarga di rumah.

Melalui tulisan ini, aku pun ingin menyapa (kamu) yang kebetulan mendapat kesempatan kerja/sekolah dari rumah. Dengan sangat, aku ingin kita semua benar-benar di rumah. Jangan sekali-kali keluar rumah untuk hal-hal tidak penting. Jangan kira, ah hanya sekedar nongkrong, ah.. ini cuma arisan, ah sekedar main petasan dengan tetangga, ah cuma ini, cuma itu, dan cuma-cuma lain hanya akan membahayakanmu, membahayakan orang lain, membahayakan komunitas, negara, bahkan membahayakan tanah air dan bumi tempat kita berpijak.

Melalui tulisan ini, bagi kamu yang masih merasa, halah cuma..., saya khawatir, egomu yang tinggi itu akan jadi sebab kematian ayah, ibu, anak, istri, dan sedihnya, orang yang tak kamu kenal pun bisa mati sebab kesombonganmu itu. Jika sudah begitu, aku tak mau melihatmu menangis menyalahkan diri sendiri sebab saat itu terjadi, tangismu tak ada gunanya lagi. Karenanya, ayo kita sisihkan ego, bahu membahu demi bumi kita yang lebih baik.

Melalui tulisan ini, aku ingin menyapa kamu semua yang terpaksa berdiam diri di perantauan, tak bisa sejenak bertemu keluarga, bersabarlah. Aku tahu, sungguh sangat tahu bahwa ini sangat menyesakkan. Berjarak dengan ayah, ibu, anak, istri, saudara, dan kerabat membuat hatimu ingin meledak bukan? Terlebih, di tengah situasi yang seperti ini.

Tapi lagi-lagi aku ingin mengingatkan bahwa bumi kita sedang sakit, tahan rindu itu sebentar, nyanyikan dalam bentuk doa-doa khusyuk untuk merayu Tuhan. Semoga, orang-orang yang kita sayangi tetap baik-baik saja meski jauh di sana. Aku, memeluk kesedihanmu dari sini, berkuatlah menampung rindu. Semoga, tak lama lagi bumi akan membaik dan kita bisa bersama-sama orang tercinta lagi.

Melalui tulisan ini, aku juga ingin menyapa kamu yang sudah dari jauh-jauh hari mempersiapkan acara sakral seperti pernikahan, atau hajatan lain yang mungkin sudah siap. Tinggal menunggu waktu datang, orang-orang akan berkumpul di acaramu. Sayangnya, maaf untuk mengabarkan bahwa bumi kita sedang sakit.

Demi keselamatan semua orang, adakanlah sesederhana mungkin acaramu, atau jika mungkin, tundalah sedikit lagi. Jika memang menurutmu acara itu berharga, aku pikir menunggu sedikit lebih lama pun tak apa. Worth to wait kata orang-orang mah. Aku tahu ini amat menyakitkan, mengingat penantianmu akan hal ini sudah lama, mengingat sudah banyak keringat bercucur untuk menyiapkan. Hanya saja, bumi kita sedang sakit. Aku harap, kamu bisa mengerti.

Terakhir, melalui tulisan ini, aku ingin kita semua bersatu dalam doa, berikhtiar sebaik-baiknya di bidang masing-masing untuk kesembuhan bumi kita. Segera membaik bumiku, dan berbahagialah kamu....


With all of my heart, Aini.




Comments