Tulisan kali ini terinspirasi dari curhatan seorang teman yang bertanya bagaimana agar kegalauan tidak sampai merugikan. Pasalnya, galau itu enggak enak buat diri kita. Nah, ditambah lagi kalau kita salah menyikapi si galau ini. Imbasnya malah bukan hanya merugikan pribadi kita. Tentunya berpengaruh pada pekerjaan, teman sekitar, dan hal lain yang boleh jadi penting bagi hidup kita.
Pertanyaannya, kenapa galau kita harus dikemas menjadi sesuatu yang elegan?. Saya mencoba menjawab dengan salah satu quotes Mario Teguh. Pak Mario berkata, “Galau yang menuju elegan disebut pendewasaan. Galau yang menuju norak disebut peng-alay-an”. Nah, umur semua orang tiap harinya bertambah tua. Seyogyanya kita segera menuju pendewasaan untuk mencapai tujuan hidup. Bukan malah menjadi alay yang identik dengan ABG. Bener kan?
Nah, berikut tips mengemas galau menjadi sesuatu yang elegan:
Hindari curhat bebas di sosial media.
Blak-blakan menyatakan kesedihan tentang pekerjaan, perasaan, atau apapun di sosial media sebaiknya dihindari. Karena, tiap orang memiliki pemikiran yang berbeda. Memposting suatu masalah/curhatan/kekecewaan yang ditujukan pada orang lain atau kelompok orang di sosial media menunjukkan kesan kurang dewasanya sikap kita. Karena perlu diingat, banyak sekali orang yang membaca postingan kita. Dan berapa banyak pemikiran yang muncul dari tiap orang. Tentu tidak semuanya positif, celakalah jika mereka malah dominan mempunyai persepsi negative pada kita.
Sibukkan Diri dengan Mengasah Kemampuan
Menyibukkan diri untuk membenahi kemampuan kita. Lampiaskan kegalauan kita pada pekerjaan atau keahlian yang kita miliki. Misalnya menciptakan lagu, melukis, menulis cerita,stand up comedy, berolahraga, dan lain sebagainya. Bahkan kalau bisa, ukir prestasi dari hal-hal tersebut. Banyak tokoh yang melahirkan karya dengan dilatarbelakangi kegalauan yang tak terperikan. Misalnya Raditya Dika, penulis, sutradara, stand up comedian, sekaligus aktor, yang mengawali karirnya dengan menulis kegalauannya akibat patah hati. Atau J.K. Rowling yang menulis serial ngehits Harry Potter di tengah kegalauannya hidupnya yang luar biasa.
Berpetualang
Orang yang galau cenderung mengurung diri dalam kamar sambil menangis mendengar lagu sedih. Nah, padahal mengurung diri seperti itu lebih mengundang kenangan-kenangan yang membuat kita galau. So, lebih baik kita keluar dari rumah untuk berpetualang.
Karena petualangan akan mengantarkan kita pada banyak hal.Pertama, keindahan alam yang harus kita syukuri. Karena selama nafas kita berhembus, artinya Tuhan selalu menyanyangi dan beserta kita. Kedua, petualangan akan mengantarkan kita bertemu banyak orang dengan banyak pengalaman. Suatu waktu, mungkin kita akan melihat kesedihan seseorang yang lebih lebih dan lebih menyayat hati dari pada apa yang kita rasakan. Imbasnya, kita akan bisa bersyukur pada apa yang menimpa kita. Sebab, masih banyak kepedihan yang lebih menyakitkan dari apa yang kita rasakan.Ketiga, petualangan akan mengantarkan kita pada pengalaman dan pemahaman baru yang berguna bagi masa depan kita.
Terkait petualangan, novelis kondang Darwis Tere Liye mengungkapkan hal berikut:
Berpetualanglah, Anak Muda. Bawa ransel di punggung, berkelana. Tidak bisa jauh-jauh, maka bisa dekat dengan rumah, lihat sekitar. Tidak ada alasan jika sudah niat. Itu akan membuat kita paham banyak hal. Menghargai perbedaan. Menghormati orang lain.
Membaca Buku
Jika waktu kita tidak banyak untuk berpetualang dan mencari banyak hal, kita bisaa membaca buku. Tepatnya, berpetualang lewat pengalaman orang lain yang ada di buku. Pilihlah bacaan-bacaan yang ringan, memotivasi, inspiratif, dan menjadikan kita lebih baik. Semakin banyak buku yang kita baca, maka pemahaman kita terhadap sesuatu akan menjadi lebih luas. Pemahaman yang luas mengantarkan kita untuk bisa lebih bijak dalam menghadapi sesuatu.
Selain itu, fakta bahwa stress akan berkurang hingga dua pertiga bagian dengan membaca hanya selama enam menit. Pun juga, bacaan ringan dapat mengatasi stres lebih baik dibanding dengan jalan-jalan atau mendengar musik (female.kompas.com)
Bergabung dengan Komunitas Hobi
Kegalauan juga akan berkurang saat kita menyalurkan hobi. Hobi jika dilakukan sendirian mungkin kadang akan berjalan dan kadang tidak. Oleh karena itu, bergabung dengan komunitas hobi akan membuat kita lebih konsisten. Selain itu kesibukan komunikan akan membantu meminimalisir keadaan galau. Karena dalam komunitas, biasanya banyak kegiatan yang dilakukan. Kesibukan itu membuat kita semakin ahli dalam hobi kita. Sekaligus, kebersamaan dengan anggota dan pertemuan dengan banyak orang baru akan menghindarkan dari kegalauan.
Saat ini banyak komunitas yang ada baik online ataupun offline, maupun gabungan dari keduanya. Silahkan memilih komunitas yang benar-benar kita sukai. Dan pastikan komunitas itu akan berdampak positif bagi diri kita.
Berbagi Kegalauan dengan Orang yang Tepat
Jika kita tipe orang yang belum merasa plong jika belum curhat, maka pilihlah orang yang bisa dipercaya. Jangan asal curhat sana-sini yang berujung masalah kita tidak menemukan solusi, malah tersebar ke mana-mana. Akan lebih baik jika teman curhat kita adalah ayah, ibu, atau kakak kandung kita. Jika tidak nyaman, pilih sahabat yang benar-benar kalian ketahui tabiatnya dengan baik. Sahabat yang tetap tinggal, betapa pun mereka tahu kekurangan kita. Karena saat berbagi dengan sahabat yang benar-benar tulus, maka meski tidak mendapat solusi, hati kita akan lebih tentram dengan sendirinya.
Menulis Kegalauan dengan Cerdas
Ada beberapa orang yang akan lega setelah menulis segala kegalauannya. Maka, lebih baik menulisnya dalam buku harian pribadi. Atau jika ingin orang lain tahu, maka buatlah blog. Tujuannya, agar kegalauan kita tidak tercecer di setiap sudut dunia maya. Dan ceceran kegalauan kita yang terpenggal-penggal itu bisa membuat orang lain salah persepsi karena tidak tahu keseluruhan cerita.
Beda lagi kalau kita tulis di blog atau satu page misalnya. Kegalauan tidak tercecer dan terkumpul menjadi satu. Runtut dari awal mula kegalauan, penyebab kegalauan, kondisi kegalauan, cara mengatasi dan pada akhirnya enggak galau lagi. Sehingga orang lain memahami apa yang kita rasakan. Dan mungkin dari situ ada orang yang memberikan solusi. Atau ada orang yang bahkan terinspirasi dari kisah kita. Nah, kalau sudah begini galau kita menjadi bermanfaat.
Akhirnya, itulah tujuh tips mengemas galau dengan elegan menurut pengalaman saya dan orang-orang di sekitar saya. Semoga bermanfaat.
Terjadinya kegalauan memang tidak kita inginkan. Namun, kita bisa berupaya agar galau itu tidak sampai merusak diri kita.