Bisa Menjadi Seperti Kursi Dan Mampu Mengalahkan Diri Sendiri

Saat saya berpikir tentang arti memesona, lalu saya bertanya pada diri sendiri, “apa memesona itu ketika kita hadir di tengah keramaian lantas semua pandangan tertuju pada kita?” Tapi hati saya menampik hal itu. Memesona bukan sekedar tampilan luar. Kalau memesona sedangkal itu, maka wajah rupawan dan tampilan wow akan cukup. Tapi nyatanya, banyak orang di luar sana bahkan memesona dengan segala kekurangan yang dimiliki. Dan saya, termasuk orang yang meyakini bahwa pesona bisa keluar dari setiap individu.

#MemesonaItu jika kita bisa menggenggam dua kunci. Pertama, bisa menjadi seperti kursi. Kedua, mampu mengalahkan diri sendiri. Tentang dua hal itu, akan saya bahas satu persatu

1. Bisa Menjadi Seperti Kursi
Di tengah himpitan masalah atau saat didera kelelahan, kursi adalah tempat semua orang bisa sejenak beristirahat di sana. Meski tak mampu menghilangkan sepenuhnya letih, setidaknya mampu mengurangi. Begitu juga dengan seseorang yang diibaratkan kursi, adalah sosok yang orang lain bisa sejenak berhenti padanya. Mencurahkan isi hati, berkeluh kesah, atau sekedar mencari solusi. Meski kadang tak bisa sepenuhnya membantu, keberadaan seseorang yang seperti ini mampu meringankan beban orang lain. Setidaknya, mereka yang kesusahan bisa merasa sedikit lega.
Kelas sederhana di Pedalaman Pulau Tagulandang, Sulawesi Utara
Saya yakin setiap orang berpotensi menjadi kursi bagi sesamanya. Tidak perlu terlalu ekstrim dengan berusaha membantu semua orang. Cukup membantu orang sekitar yang mampu kita jangkau, dan bersedia mendengar masalah-masalah yang diceritakan teman sekitar dan memberikan masukan solusi. Terkadang, orang-orang sebenarnya tahu harus melakukan apa terhadap masalahnya. Hanya, mereka ingin didengar. Mereka ingin sejenak beristirahat dari masalah, dan membuat kita sejenak menjadi kursinya.

Ibadah Umat Kristiani dalam Rangka Perpisahan dengan saya, setelah setahun mengajar di Pulau
Saat kita ada untuk orang lain, misalnya mendengarkan curhat atau membantu hal lain, disadari atau tidak kita akan lebih berbahagia. Coba ingat-ingat sejenak mana yang lebih membahagiakan, “kita memberi sedekah atau kita diberikan sedekah”?. Tentu yang lebih membahagiakan adalah saat kita memberi. Saat kita mewaqafkan diri untuk membantu orang lain, tanpa sadar aura bahagia kita menjelma pesona dalam diri.

2. Mampu Mengalahkan Diri Sendiri
Kebanyakan orang akan merasa tertantang dengan adanya pesaing dalam hidupnya. Tapi pada hakikatnya, yang paling sulit adalah mengalahkan diri sendiri. Ketika kita bisa mengalahkan ketakutan kita, sikap pesimis, rasa tidak percaya diri, rasa diri tidak berharga, takut dinilai salah oleh orang lain dan berbagai sikap lainnya pada diri kita. Itulah pada dasarnya awal kemenangan yang sesungguhnya kita raih di tahap awal. Seperti pengalaman saya sendiri, saya adalah anak bungsu dan satu-satunya perempuan di keluarga. Berbagai tantangan harus saya hadapi untuk melampaui hal yang selama ini tidak pernah dilakukan di keluarga saya.
Foto bersama anggota pencak silat Tapak Suci
Mulai dari jurusan pendidikan yang saya ambil, di mana semua anggota keluarga terjun di bidang pertanaian dan peternakan. Olahraga pun saya memilih silat, di mana tak ada anggota keluarga yang pernah mengikutinya. Satu lagi keputusan yang paling ekstrem adalah menjadi sukarelawan guru di pedalaman Sulawesi. Sebelum berjuang meyakinkan keluarga, hal pertama yang saya lakukan adalah mengalahkan diri saya sendiri. Ketika saya sudah bisa mengatasi diri sendiri, maka masalah lainnya akan perlahan-lahan mudah diatasi. Berikut ini beberapa hal yang saya terapkan dalam mengalahkan diri sendiri.

Mengandalkan Tuhan
Pulau Tagulandang, Sulawesi Utara
Di situasi apapun, Tuhan adalah satu-satunya yang selalu dekat dengan kita. Karenanya, mengandalkan Tuhan adalah hal wajib yang harus dilakukan seorang hamba yang notabene ciptaan Tuhan. Di tengah menghadapi perbedaan, atau pun di tengah ketakutan akan berbagai keterbatasan dan keterasingan di pedalaman Indonesia, Tuhan selalu ada untuk menjaga saya. Dan tentu, dimanapun saya berada, Tuhan selalu tepat dalam mengirimkan bantuan di banyak situasi sempit.

Kesungguhan menjalani apa yang sudah dipilih
Mengajar di luar kelas
Bagaimanapun, orang tua ingin anaknya bahagia. Begitupun dengan orang tua saya, dengan sikap pantang menyerah untuk mempertahankan mimpi, akhirnya mereka luluh. Saya pun diijinkan memilih jurusan pendidikan matematika, mengikuti pencak silat, bahkan mengajar di pedalaman Sulawesi Utara. Setelah mengantongi ijin, kesungguhan pun harus dibuktikan. Kita harus konsisten dan sungguh-sungguh menjalani apa yang kita pilih. Pun tidak bisa dilupakan adalah kedisiplinan, sebab disiplin adalah bukti dari kesungguhan.

Menyesuaikan Diri dengan Lingkungan
Mencari kayu di hutan Kampung Bawoleu
Meski kelihatannya mudah, sebenarnya menyesuaikan diri dengan lingkungan tergolong gampang-gampang susah. Kita harus mampu menahan diri, mengalahkan ego, dan memiliki cukup stok kesabaran. Contohnya saat berada di pedalaman Sulawesi, meski amat takut dengan anjing, saya tidak bisa meminta warga untuk mengikat anjing-anjing mereka. Akhirnya saya harus menghilangkan rasa takut, dan berbalik berteman dengan para anjing.
Makanan Ala Kampung Bawoleu, Sulawesi Utara
Saya pun tidak bisa meminta nasi, saat yang ada hanya ubi. Pun, saya harus berani ke hutan untuk mencari kayu atau menimba air ke rumah dengan berjalan satu kilometer. Dengan hal ini semua, hidup satu tahun di daerah pedalaman saya jalani dengan sangat menyenangkan.
Kesimpulannya, untuk dapat mengalahkan diri sendiri kita harus mampu selalu mengandalkan Tuhan, sungguh-sungguh menjalani apa yang kita pilih, dan juga mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Pada akhirnya, untuk #MemesonaItu kita perlu menjadikan diri kita layaknya kursi yang semampunya meringankan orang lain, dan juga mampu mengalahkan diri sendiri untuk dapat meraih tujuan. Saat melakukan hal-hal itu, disadari atau tidak, pesona akan memancar dari dalam diri kita. Bagaimana pendapat pribadi teman-teman tentang makna memesona? Bisa lho diceritakan sambil ikut lomba.










Comments

  1. Kursi ya,,, mba,, hiks inspiratif ini mba,,. dh nambah ilmu empati

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehe... semoga kita semua bisa bermanfaat buat orang lain mbak

      Delete
  2. Semangat Mbak Aininur, menjadi kursi buat orang lain sudah menjadikan hidup kita bermanfaat di dunia ini. Btw, ngeri tu cara pegang pedangnya, :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehe... itu buat tampil seni waktu itu, jadi pakai senjata. Kalau fight tangan kosong kok mbak :)

      Delete
    2. hehe... itu buat tampil seni waktu itu, jadi pakai senjata. Kalau fight tangan kosong kok mbak :)

      Delete
  3. Wah keren ya filosofinya yang seperti kursi :)

    ReplyDelete
  4. Sukses ya. Filosofi kursi ini akan menjadi salah satu pengingat buatku pribadi :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. sama mbak, saya juga nulis ini supaya ingat hehe

      Delete
  5. Terus memberi manfaat. I like you

    ReplyDelete
    Replies
    1. aamin, semoga niat memberi manfaat tetap terjaga mbak

      Delete
  6. Salut! Ikut SM-3T ya. Pengalaman tak terlupakan bisa menjelajah pelosok negeri.

    ReplyDelete
  7. Wah mbak kamu keren sekali, tangguh!

    ReplyDelete
    Replies
    1. masih berusaha ini mbak, semoga bisa benar-benar tangguh

      Delete
  8. Kereeen mba, inspiratif sekaliii 😍

    ReplyDelete
  9. Setuju mba aini... mempesona itu dimulai dari dalam diri ya. Ketika bisa menghadapi diri dan terpancar ke luar. Menjadi inspirasi dan kursi. Suka pengandaiannya. Bangga deh sama org2 tangguh seperti mba.

    ReplyDelete
    Replies
    1. duh mbak, belum kalau sampai membuat bangga. Masih tahap berusaha heehe

      Delete
  10. Ini merupakan pengalaman yang sangat keren, Mbak. salut saya :)

    ReplyDelete
  11. motto dan folosifi yang makjleb sangat, harus jadi inspirasi bagi para muda bahwa hidup itu pilihan yang wajib kita perjuangkan dan harus sesuai dengan passion kita sendiri...sipmirkisip lah

    ReplyDelete
  12. tulisan ini mengajarkanku untuk empati. makasih ya mbak sudah mengingatkan :D Setuju deh sama tulisan ini ;)

    ReplyDelete
  13. aku belum bisa mengalahkan diri ku ketika bertemu dengan laut, bawaannya takut -_-

    ReplyDelete
    Replies
    1. aku dulunya juga gitu mbak, tapi pas ada jalannya cuma laut. Ya cuss aja hehe

      Delete

Post a Comment

Terima kasih telah memberikan komentar. Tunggu kunjungan balik saya ke Blog teman-teman :)