Tinutuan : Lezat, Sehat, dan Ngehits di Dunia

Tinutuan, atau yang lebih dikenal dengan nama hitsnya “Bubur Manado” adalah makanan khas yang berasal dari Sulawesi Utara. Meski berakhiran dengan kata Manado, ibu kota Provinsi Sulawesi Utara, namun makanan ini tidak hanya terdapat di sekitaran kota Manado. Makanan ini mudah ditemui hampir di ratusan pulau yang ada di Sulawesi Utara. Saya pribadi pertama kali mencicipi bubur ini bukan di Kota Manado. Melainkan di sebuah pulau kecil di ujung utara provinsi ini, yaitu Pulau Tagulandang.
Foto5194
Lezat : Menikmati Tinutuan Buatan Penduduk Asli Pulau Tagulandang
Menjadi salah satu peserta program SM3T (Sarjana Mendidik Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal) selama satu tahun di Pulau Tagulandang membuat saya bersinggungan denganTinutuan. Tidak hanya bisa makan bubur ini sesering mungkin, saya juga berkesempatan belajar memasak sendiri bubur ini dari warga asli pulau. Berikut beberapa hal yang saya temukan terkait Tinutuan
Nama Lain dari Tinutuan
Selain dikenal dengan nama Bubur Manado, Tinutuan juga mempunyai beberapa nama yang cukup populer. Di antaranya adalah:
  1. Bubur Sehat
Tinutuan disebut dengan bubur sehat karena di dalam bubur ini terdapat bahan-bahan yang mengandung vitamin, mineral, dan serat yang sangat menyehatkan. Bahan-bahan pembuatannya terdiri dari berupa-rupa sayuran hijau seperti bayam, daun gedi, kangkung, daun kunyit dan daun sereh yang banyak mengandung vitamin A dan C. Selain itu, sumber karbohidrat tersusun dari labu kuning, singkong, ubi jalar, dan beras yang juga kaya akan gizi dan serat.
Karena sebutan bubur sehat ini pula, Tinutuan kerap dikonsumsi saat seseorang sedang dalam kondisi tidak fit. Selain itu, bubur ini baik dikonsumsi saat kita tengah menjalani program diet. Tentu saja, karena dalam bubur ini tidak terdapat daging atau lemak jahat yang dapat mengendap dalam tubuh. Di Pulau Tagulandang sendiri, ibu-ibu memberikan Tinutuan yang seluruh bagiannya dihaluskan untuk makanan bayi.
  1. Bubur Persaudaraan
Tinutuan sering pula dijuluki bubur persaudaraan. Alasannya, tidak lain karena bubur ini hampir selalu dihidangkan sebagai jamuan di berbagai acara yang diadakan warga sekitar. Berbagai kelompok masyarakat di Sulawesi Utara menjadikan bubur ini sebagai menu hidangan yang diyakini dapat merekatkan persaudaraan dan pergaulan.
  1. Campur
Nama ini populer di kalangan masyarakat Manado dan sekitarnya. Warga asli Sulawesi Utara, lebih sering menyebut bubur ini sebagai campur. Sebutan ini tidak lain karena semua bahan dicampur menjadi satu saat memasaknya. Selain itu, penyajiannya dalam mangkuk atau piring juga tercampur tanpa ada satu pun bahan yang dipisahkan.
Sejarah Tinutuan
Berdasarkan cerita yang saya dapat dari Ibu Herce Kangiras (Warga asli pulau yang berusia 83 tahun), Tinutuan sudah dibuat saat jaman penjajahan Belanda. Ibu delapan anak ini mengisahkan bahwa saat penjajahan Belanda, kondisi ekonomi warga jatuh dalam tingkatan terendah. Karena banyak peperangan di mana-mana, maka rakyat tidak sempat untuk keluar sekedar membeli bahan makanan atau mengambilnya di kebun. Tertekan keadaan itu, maka para ibu hanya memetik segala sayur-mayur dan ubi-ubian yang ada di kebun sekitaran rumahnya.
Tekanan penjajah pun membuat kreasi menciptakan makanan dari bahan darurat seadanya pun hanya sekedarnya. Alhasil, bahan-bahan yang didapat dari hasil kebun itu kemudian asal dicampur secara bersamaan dalam satu wadah. Karena masih ada sedikit beras yang tersedia di dapur, dicampurlah pula ke dalam wadah itu. Hasil masakan tersebut di luar dugaan, ternyata rasanya enak dan disukai oleh banyak orang. Dari situ, resep pembuatan Tinutuan tersiar hingga sampai kepada masyarakat luas. Sehingga, jadilah makanan yang kita kenal sebagai Bubur Manado sekarang ini.
Kelezatan Tinutuan
Tinutuan memiliki cita rasa yang khas. Kelezatan Tinutuan akan semakin lengkap jika disandingkan dengan makanan pendamping saat penyajiannya. Tinutuan bisa disajikan dengan dabu-dabu (sambal), ikan asin, ikan roa, ikan cakalang, perkedel ataupun sup kacang merah. Hal itu tergantung dengan selera masing-masing.
Dalam perkembangannya, Tinutuan memunculkan beberapa kreasi baru. Ada Tinutuan Cakalang, yaitu Tinutuan yang dicampur dengan ikan cakalang yang sudah dihancurkan. Selain itu, terdapat pula Tinutuan yang dicampur dengan mie kuning. Tinutuan jenis ini terkenal di daerah Minahasa dan biasa disebut Midal.

Ngehits-nya Tinutuan
Saat ini, Bubur Manado terkenal menjadi salah satu hits atau hal populer di Provinsi Sulawesi Utara. Ya, tentu yang pernah datang ke Manado atau setidaknya mendengar Manado ngehitsdengan 3B, yaitu Bunaken (wisata bahari), Bibir (keramahan masyarakatnya), dan Bubur Manado (kuliner khasnya).  Bubur Manado menjadi makanan populer karena meski merupakan makanan khas daerah, namun terbuat dari bahan-bahan dan cita rasa yang dapat diterima oleh semua kalangan.
Tidak heran, meski tidak sedang di Provinsi Sulawesi Utara, kita dapat menemukan penjual Bubur Manado di berbagai kota. Salah satu yang saya kutip dari kompasiana.com, di Bandar Lampung terdapat penjual Bubur Manado, tepatnya di daerah Kedaton. Selain itu, di ayojajan.com juga memuat artikel tentang adanya Bubur Manado di Yogyakarta, serta banyak lagi di kota-kota lain seperti Samarinda, Jakarta, dan Surabaya.
Tak hanya populer di negeri sendiri, Tinutuan pun telah ada di Amerika.
“Selama belasan tahun tinggal di Amerika, saya selalu saja dapat menemukan Tinutuan dengan gampangnya”, ungkap Michael Sendow, warga asli Manado yang tinggal di Amerika.
Pernyataan itu saya kutip dari akun Michael Sendow di kompasiana.com.
Nah, bangga kan mempunyai warisan kuliner khas daerah yang tidak hanya lezat, sehat, tapi juga dikenal di negara lain?. Kira-kira kalian menyukai Tinutuan karena kelezatan, kesehatan, atau kepopulerannya?
Semoga untuk masa yang akan datang, generasi Indonesia akan terus mencintai dan melestarikan kuliner-kuliner khas Indonesia yang tidak hanya lezat, tapi juga mengandung takaran gizi yang baik. Sehingga, akan muncul generasi sehat, cerdas dan berguna bagi nusa bangsa.

Comments