Kali ini aku akan menceritakan
perjalanan yang mungkin sebagian kalian terbiasa. Tapi aku yakin, sebagian dari
kalian juga belum pernah merasakan. Ya, kali ini aku akan mengajak kalian sobo tegal alias mengunjungi kebun.
Kebun siapa ini yang dikunjungi, kebun bapak saya sendiri. Biar nggak ada yang
marah kalau rumputnya keinjek dong, hehe.
For your information rek, aku
iki wong deso. Jadi, keluargaku sekarang bermukim di Desa Ngembal Kecamatan
Tutur Kabupaten Pasuruan. “Lha itu tempatnya di mana?” Banyak teman-teman,
partner kerja, dan orang-orang lain bertanya. Saiki tak jawab pemirsa. Yuk
simak, timbang sowong kan?
Aku mulai menceritakan tentang
Desa Ngembal. Mungkin kalian tidak tahu Desa Ngembal. Tapi pernahkah kamu ke
Agrowisata Bhakti Alam? Atau pernah Dengar Agrowisata Bhakti Alam? Percayalah,
tempat wisata itu terletak di Desa Ngembal. Sayang sungguh sayang, orang-orang
di luar kecamatan Tutur menyebut Agrowisata itu di Nongkojajar. Jadi mereka
lebih nggeh kalau Bhakti Alam itu di
Nongkojajar. Padahal guys, tempat ini benar-benar di Desa Ngembal. Dan tahukah
kamu, jarak antara Nongkojajar dan Desa Ngembal itu sekitar 10 km. Jauh bukan?
Oke, sekarang balik lagi ke acara
sobo tegal. Kebun yang akan saya
kunjungi ini tepat di sekitar area agrowisata Bhakti Alam bagian dalam. Nah di
sana ngapain coba? Tak critani, jaman biyen pas sebelum sekolah SD, pas sekolah
SD, SMP, SMK, di saat libur sekolah saya dan keluarga biasa pergi ke kebun. Ya
nanam jagung, nanam singkong, cari rumput untuk sapi, atau sekedar membawa
pupuk untuk tanaman. Kebiasaan ini mulai pudar sebab saya hijrah untuk kuliah,
hingga akhirnya kerja di Malang.
Tanaman apa saja yang ada di
kebun? Ada alpukat, durian, cabe (bukan cabe-cabean ya!), singkong dan lainnya.
Untuk kondisi kekinian, kebun ini diisi kayu sengon dan rumput gajah untuk
pakan sapi. Jalanan ke kebun ini lumayan menanjak dan bikin ngos-ngosan
pemirsa.
Meski begitu, sobo tegal sangat menyenangkan sebab
bisa melihat banyak hal yang tidak bisa dilihat di Kota Malang. Ada banyak buah
bergelantungan manja di pohon. Ada orang-orang berlalu lalang memanggul rumput.
Tapi saat ini, sangat sedikit orang yang berjalan kaki memanggul rumput.
Umumnya, mereka menggunakan motor untuk menampung rumput yang diperoleh. Oia
lupa memberitahu, di desa ini mayoritas adalah petani dan peternak sapi. Jadi tiap harinya
mereka mencari rumput untuk pakan sapi-sapinya. Begitu…
Kemarin saat dikebun, saya
kebetulan diikuti segerombolan domba tempat di belakang saya. Sumpah, mereka
rukun banget satu sama lain. Nggak
ada tuh yang sikut-sikutan sana sini. Satu kambing berada di barisan paling
depan, nah doi pas tahu ada saya di depannya, sontak berhenti sejenak.
Pemimpin kambing |
Nah,
saya minggir dong beri mereka jalan. Mereka pun bergegas melanjutnya
perjalanan. Dibarisan paling belakang ada emak-emak pengembala kambing. Ya,
agar domba tidak tersesat ya. Penting
banget kan cerito iki… wkwkwk. Gini loh guys maksudnya, kambing aja bisa
rukun, masa kita enggak. Gitu… haha..
Sebenarnya, sudah lama saya ingin
ke kebun untuk hunting foto kupu-kupu. Sebab di tempat ini, kupu-kupu masih
banyak dan warna warni. Kemarin saya nemu warna hitam putih (kayak kehidupan,
kadang hitam, kadang putih), ada warna coklat, dan juga ada warna kuning.
Sayangnya, kemarin saya nggak bisa motret yang warna kuning. Soalnya si kuning
lari-larian terus.
Hal yang saya pelajari dari
mengambil potret kupu-kupu ada dua, pertama, harus super selow alias pelan-pelan mengendap-endap. Ya, sebab kalau kita berisik,
dia pasti langsung terbang. Kedua, kita
nggak boleh punya ambisi nyentuh atau nangkep kupu-kupu itu. Kalau kita
berusaha nangkep atau memiliki, saya jamin kupu-kupu itu secepat kilat akan
pergi.
Kupu-kupu itu indah, sayangnya
tak bisa kamu miliki. Persis seperti dia kan? Bisa dilihat, bisa difoto, tapi
nggak bisa kamu bawa pulang. Sia-sia dong? Enggaklah… Tuhan menciptakan sesuatu
tidak pernah ada yang sia-sia. Nah, jika dia nggak bisa kamu miliki, setidaknya
kamu pernah melihat keindahannya. Atau pernah belajar hal-hal baik dari dia
baik langsung maupun tidak langsung. Berdoa saja, semoga dia bahagia. Ingat,
doa-doa baik akan kembali menjadi kebaikan bagi kamu juga.
Lanjut ya ceritanya. Kemarin itu,
saya juga motret satu pohon yang mengingatkan pada sesuatu. Pohon yang sengaja
dipatahkan. Saya mengambil gambar pohon itu. Ia masih utuh berakar tegak
berdiri dengan bagian dalam kayu yang terlihat, hanya tak lagi memiliki satu
helai daunpun.
Pohon yang dipatahkan |
Dalam hati bertanya, “apa
yang akan terjadi pada pohon ini nanti? Apa dia akan perlahan-lahan digerogoti
rayap, keropos, mati, dan kembali menjadi tanah? Atau tetap tegar berdiri di
tengah terpaan angin, hujan badai, dan panas yang membakar? Untuk kemudian
menumbuhkan daun dan tangkai baru?" Ah… saya tidak tahu. Semoga hal baik akan
terjadi. Atau kalian tahu harus saya apakan pohon itu, agar dia bisa survive
melewati masa-masa sedih seperti ini?
Oke, menjelang pulang aku tak
lupa memetik beberapa cabe yang sudah memerah. Lumayan untuk penghematan, tidak
usah beli di toko. Menyenangkan bukan hidup di pedesaan? Dan tiba juga di
penghujung cerita perjalanan. Kalau saat berangkat aku melewati jalan menanjak,
saat pulang tibalah pada jalanan menurun.
Bukankah hidup selalu memiliki
dua sisi?
Comments
Post a Comment
Terima kasih telah memberikan komentar. Tunggu kunjungan balik saya ke Blog teman-teman :)