4 Hal Sepele Ini Bisa Kacaukan Momen Silaturrahmi Saat Lebaran Lho!

Momen lebaran merupakan perayaan akbar yang ditunggu-tunggu masyarakat tanah air. Pasalnya, di hari raya Idul Fitri setiap orang pastinya meluangkan waktu untuk bisa bersilaturrahmi dengan kerabat, teman, hingga rekan kerja. Gelaran rutin setahun sekali ini tentunya diharapkan dapat merekatkan tali silaturrahmi antar sesama. Pun juga, sebagai penawar rindu karena jarangnya bertemu.

Namun sayang, alih-alih merekatkan persaudaraan, ajang silaturrahmi terkadang justru meninggalkan perasaan tak nyaman hingga sakit hati. Ya, sebab beberapa orang terkadang tanpa sadar melakukan hal remeh yang berujung menyinggung perasaan. Nah, apa saja hal-hal sepele yang tak patut dilakukan saat silaturrahmi tersebut? Yuk simak berikut ini

Body shaming (menyinggung penampilan fisik)

Penampilan fisik merupakan salah satu dari sumber tidak nyaman dan tidak aman.  Karenanya, menyinggung hal ini meskipun hanya basa-basi saja tidak dibenarkan. Contohnya, “Kok gendutan ya sekarang?”, “Jangan kurus-kurus dong, jelek lho”, “Kok jerawatan, rusak gini mukanya”, “Wah, sekarang putih tapi pucet, pake krim dokter?”, “Tak kira siapa, makin hitam aja”.

Hal-hal semacam itu meski cuma basa-basi bisa banget guys menyinggung perasaan orang lain. Toh tentang gendutan atau kurusan, kita juga tidak tahu pasti apa orang yang kita maksud benar-benar makin gemuk atau kurus. Kita kagak nimbang, bukan? Jangan sampai apa yang kita sangkakan meniadakan usaha orang lain. Ingat, kita tidak mungkin tidak tahu seberapa keras usaha mereka untuk diet atau untuk menggemukkan badan. So, please, nggak usah nyinyir ya pemirsa.

Menanyakan “kapan” yang menyakitkan

Beberapa pertanyaan yang memuat kata kapan di antaranya:

Kapan wisuda

“Kapan wisuda?”, ini pertanyaan yang menohok bagi para pejuang skripsi. Asal kita tahu, nggak semua dari mereka yang lulusnya lambat karena nggak niat nyekripsi lho. Beberapa sudah berjuang mati-matian begadang tiap malam tapi memang banyak kendala. Mulai dari dosen suka hilang, materi yang susah, tak kunjung acc dan sebagainya. Karenanya, stop tanya kapan wisuda.

Kapan kerja

“Kapan kerja?”, saya percaya tiap orang punya waktunya sendiri-sendiri untuk menggapai mimpinya. Termasuk untuk urusan menemukan pekerjaan impian. Ada yang sekali melamar pekerjaan langsung diterima. Ada yang mungkin menghabiskan ratusan amplop lamaran pekerjaan dan puluhan email melamar kerja tak kunjung juga terpanggil untuk kerja. Karenanya, pertanyaan kapan kerja ini kurang tepat.

Kawan menikah

“Kapan menikah?”, lagi-lagi pakdhe/budhe, njenengan tidak tahu betapa kerasnya perjuangan seseorang untuk menemukan jodohnya. Mungkin ada yang dijodohkan sana-sini sama orang sekitar, tapi lagi-lagi belum jodoh. Atau pas udah serius malah ditinggal kawin sama yang lain. Atau ada juga yang ditikung dong sama sahabat sendiri. Jadi please doakan atau carikan yang cocok, jangan ditanya mulu ya.

Kapan hamil

“Kapan hamil?”, lolos dengan pertanyaan kapan wisuda, kapan kerja, dan kapan menikah, pertanyaan bak hantu lainnya adalah kapan hamil. Ini jelas pertanyaan yang jawaban tepatnya diketahui Tuhan, lantas mengapa masih bertanya pada manusia pakdhe/budhe?

Kapan punya rumah

Selain pertanyaan “kapan” di atas, masih banyak pertanyaan kapan lainnya yang juga menyebalkan. “Kapan punya rumah?”, “kapan punya pacar”, “kapan punya mantu”, itu contoh pertanyaan yang jangan pernah kamu tanyakan ya guys.

Diskriminatif (atau membeda-bedakan orang)

Tidak dipungkiri, di jaman ini masih ada saja orang yang memperlakukan orang lain berdasarkan pangkat, jabatan, keturunan, dan lainnya. Semoga kita nggak seperti ini ya guys.

Membanding-bandingkan orang yang satu dengan lainnya

“Hey, anakku wes dua lho, anak e teman sebangku kamu ya wes 5”. Pernah gak kamu dibilangi seperti ini saat kamu masih single/ sudah menikah tapi tak kunjung punya anak? Pasti agak gimana gitu ya guys? Meski ga sedih-sedih amat, minimal ngeneslah ya.

Jadi begini pemirsa yang saya cintai di manapun kalian berada, setiap orang pada dasarnya bahagia dan bersyukur pada pencapaiannya. Sampai ia sendiri membandingkan dirinya dengan orang lain yang lebih baik menurut sudut pandangnya. Yang mempunyai mobil biasa, melihat mereka bermobil mewah lantas sedih dan menginginkan mobil mewah. Yang punya sepeda, membandingkan dirinya dengan mereka yang memiliki mobil, dan bersedih. Selanjutnya, mereka yang berjalan membandingkan dirinya dengan pemilik sepeda dan pada akhirnya menginginkan sepeda. Dan seterusnya-dan seterusnya.

Intinya, apa yang kita miliki saat ini bukan tidak mungkin adalah sesuatu yang sangat diharap-harapkan orang lain dalam waktu lama. Karena itu, syukuri apa yang kita miliki dan selalu beruaha berpikiran positif. Karena itu, jangan pernah berusaha membuat seseorang membandingkan dirinya dengan orang lain. Apalagi di momen istimewa saat silaturrahmi hari raya idul fitri.

Nah, itu dia beberapa hal yang sepele yang seharusnya tak kita lakukan di hari idul fitri. Ya, tentu agar hari idul fitri bisa benar-benar menjadikan kita orang yang lebih baik. Orang yang berusaha tidak menyakiti hati saudara kita meski hanya lewat basa-basi yang amat sepele.

Selamat hari raya idul fitri, mohon maaf lahir dan batin.



Comments