Dia dan Satu Titik Balik Dalam Hidup

 

Dini hari masih menggigil, angka-angka suhu makin turun berbanding terbalik dengan harga sembako yang makin tinggi.  Sunyi, hening, dan satu dua suara kendaraan menemaniku yang terjaga di ½ malam , mengotak-atik isi kepala. Sebelum benar-benar tenggelam dalam riuhnya kesibukan tak berujung, aku ingin menulis tentang seorang sahabat. Hmmm, sahabat? Aku dan dia tak sedekat itu. Tapi untuk disebut teman saja, aku dan dia tak sejauh itu. Seringnya, isi kepala kami mirip. Sering sekali.

Aku menulis ini sebab ia meminta, katanya sudut pandangku tentang seseorang terbilang unik. Sayangnya, sudut pandang unik ini bisa jadi melukai. Aku nampaknya perlu memberi warning pada semua orang : seseorang yang kamu sukai, berpotensi lebih banyak melukai dan mengecewakan rek, ti-ati yoo. Jadi seumpama, tulisan ini justru terasa kurang pas, maafkanlah. Sebab nyatanya, penulis hanyalah manusia biasa nemen, haha...

Baca juga : Dia Dan Sedikit Cerita Garis Terdepan 

Pertemuan pertama kami harusnya di Lanal Malang. Iya benar, aku dan dia mengikuti sebuah program pemerintah mengajar di daerah terpencil. Tapi banyak-banyak mohon maaf, aku tidak memperhatikan sama sekali. Seperti biasa, aku tipe orang yang memperhatikan hal tak penting sampai mengabaikan hal penting, mungkin. Selanjutnya ditakdirkan ditugaskan di daerah yang sama, tapi berbeda pulau, aku tak punya cukup sinyal untuk tau hal apa yang terjadi di luar sana. Termasuk banyak hal yang terjadi padanya. Sekali lagi, banyak-banyak minta maaf.

Karena berada di kabupaten penugasan yang sama, beberapa kali aku dan dia bertemu. Pertemuan-pertemuan yang berisi rapat, diskusi cenderung debat, dan hal serupa itu. Maklum, dulu aku dan teman-temanku masih belia kala itu, karenanya jiwa mudanya sangat bergejolak. Alhamdulillah semua bisa terlewati dengan baik meski aku hanya melewati bagian rapat-rapat ini dengan ¼ hati.

Baca juga : Menamai Rasa

Aku, hanya mengajar dengan sepenuh hati. Tapi untuk hal-hal macam rapat ini tidak suka. Wkwkkkw, mohon maaf ini sangat jujur. Padahal sungguh aku menyadari, rapat adalah bagian penting dalam setiap kegiatan/sesuatu yang akan dilaksanakan. Tapi lagi-lagi, aku memang jengah melakukan diskusi panjang. Aku cenderung hanya membicarakan hal-hal penting dengan singkat saja. Bila kenyataannya panjang, baiknya dipersingkat saja. 

Mari melanjutkan pada bagian yang mana aku sudah mulai nggeh /notice keberadaan temanku ini. Masa PPG, ya aku kembali bertemu dengannya di asrama karena kita satu asrama dan satu lantai pula. Kalau selama ini hanya kebetulan melihat dari jauh, kini aku memasuki fase di mana hampir setiap hari bertemu dengannya. Aku akui, lantai satu cukup meriah cenderung banyak kehebohan dengan adanya temanku ini. Sungguh membahagiakan sekaligus kadang membuat pening.

Bayangkan di pagi hening yang biasanya aku menikmati riuhnya pikiran-pikiranku sendiri, tiba-tiba terdengar tawa di mana-mana. Hilang sudah syahdunya pagi, tapi berganti cerianya keramaian. Aku pun penasaran apa yang sedang terjadi. Rupanya aku melihatnya sedang menyulap berupa-rupa benda di sekitar kamar, katanya, ia sedang menjelma barongsai.

Ada sarung, selimut, dan entah material pendukung apa yang dikenakan. Tak cukup di penampilan, ia pun loncat sana sini dan berdendang musik anta-branta. Yang jelas, aku tak tahu itu musik apa. Teman-teman yang melihat tertawa cekikikan, sebagian hanya geleng-geleng kepala, sebagian bertepuk tangan menyoraki agar makin heboh aksinya, haha. Reaksiku sendiri? Sejujurnya aku tidak mengerti, merasa lucu pun tidak. Hanya merasa aneh, dan sebab melihat yang lain terlihat tertawa bahagia, aku pun ikut tertawa meski tak tahu tepatnya karena apa.

Selain adegan barongsai, masih banyak hal absurd yang membuat selantai asrama riuh oleh tawa. Kadang pun, ada perasaan merinding. Temanku ini, kadang mengoceh sendiri. Katanya, ia sedang berbicara dengan sahabatnya yang tak kasat mata. Ngeri nggak sih... Tapi kreatif juga, di tengah kegiatan perkuliahan yang amat padat dan kegiatan asrama yang sambung menyambung kayak pulau Indonesia, doi sempet-sempetnya punya sobat tak kasat mata.

Selain hal yang aku paparkan di atas, temanku punya banyak kelebihan. Pertama, dia sangat mencintai karya sastra. Ia pun lihai menjajarkan kata-kata menjadi kalimat-kalimat puisi yang dengan ganas menyayat kewarasan. Aku merasa, puisi yang ditulisnya itu hidup dan berjalan-jalan mengitari pikiran dan hati pembacanya. Jika ditekuni dengan baik, aku pikir Dewi Lestari pasti bangga padanya. Benar, ia pengagum karya-karya Dee. Tapi ia tak suka Tere Liye. Sedang aku, mencintai baik Dee dan Darwis Tere Liye itu.

Kedua, temanku ini sangat rapi dan bersih. Jadi saat bermain ke kamarnya (asrama, kos, atau kontrakan), dipastikan kamu akan menemukan semuanya bersih dan tertata rapi. Lantainya pun, pasti kinclong. Sebab faktanya, ia mengidap ocd.

Baca juga : Perjalanan Rasa, Sebuah Catatan Penutup Akhir Tahun 2019

Dari banyak hal yang sudah aku ceritakan, aku banyak mengambil hikmah dari temanku yang ceria, konyol, pencair suasana, dan tak kalah absurd dari diriku ini. Salah satunya adalah, Tuhan kiranya memang menciptakan beberapa di antara hambanya sebagai penghibur/sebagai penengah/sebagai penyeimbang untuk orang-orang di sekitarnya. Karenanya, jika kamu ternyata kebetulan dilahirkan dengan sifat pendiam (mungkin kamu penyeimbang di antara teman-temanmu yang heboh nantinya) atau kamu yang terlahir cerewet (mungkin pelengkap bagi teman-temanmu yang terlalu krik-krik).

Sebelum bertemu teman satu ini, aku memang telah berusaha memaklumi orang-orang yang berbeda dariku (tapi terkadang dengan perasaan yang aneh. Misalkan orang yang kelewat heboh, terlampau diam, orang yang lama sekali membalas pesan wa, orang yang pendek sekali membalas wa, dan hal-hal lain yang berlawanan denganku). Tapi setelah melihat teman satu ini dan teman-teman lain, pemaklumanku makin luas. Makin tentram dan biasa saja tanpa nyinyir di dalam hati saat melihat orang dengan karakter dan sifat berbeda-beda. 

Selalu, selalu, dan selalu. Tuhan menciptakan makhluknya dengan wujud paling sempurna. Jadi, jangan lupa bersyukur ya....

Bersambung..... (ada part lain yang lebih penting, tapi akan dibahas di artikel lain ya...)


with all of my heart, Aini

 

 


 

Comments