Waktu menulis ini, aku melawan dingin di dalam kamar. Maklum, di luar hujan sedang deras-derasnya turun. Meski
begitu, tak menyurutkan niatku untuk bercerita tentang perjalanan ke Kampung
Warna-Warni Jodipan ini. Kampung paling ceria yang ada di Malang. Kampung yang
membuat orang bahagia walau hanya melihatnya dari jauh.
Oia, jika ingin datang ke kampung
ini, kamu bisa menuju ke Kelurahan Jodipan yang ada di bantaran Sungai Brantas,
Kecamatan Blimbing, Kota Malang.
Baca juga : Maraton Main di Lima Pantai Banyuwangi
Baca juga : Maraton Main di Lima Pantai Banyuwangi
Asal-usul Kampung Jodipan Malang
Nah, sebelum saya ajak melintasi
sudut demi sudut lewat foto-foto yang akan saya sajikan, hayuklah sedikit mengintip sejarah, asal muasal, munculnya kampung
yang jadi salah satu destinasi favorit ini.
Di masa lalu, Kampung Jodipan
termasuk dari beberapa kampung yang masuk kategori kumuh di Indonesia. Lewat keresahan ini, delapan orang mahasiswa
yang tergabung dalam kelompok Praktikum Event Public Relations (PR) menggagas
sebuah ide transformatif. Kelompok yang menamakan diri Guys Pro itu terdiri
dari Ahmad Wiratman, Dinni Anggraeni, Elmy Nuraidah, Fahd Afdallah, Ira Yulia,
Nabila Firdausiyah, Salis Fitria, dan Wahyu Fitri.
Mereka berhasil meyakinkan
masyarakat untuk perubahan yang lebih baik. Salah satunya dengan mengajak masyarakat
kampung untuk tidak membuang sampah di sungai Brantas. Di sisi lain, mereka
juga menggandeng perusahaan cat untuk melaksanakan Corporate Social
Responsibility (CSR). Wujudnya adalah pengecatan rumah-rumah, dan jalan-jalan
di sekitar kampung menjadi berwarna-warni.
Keren bukan mahasiswa-mahasiswa
ini? Tentu dalam perjalanannya tidak semudah itu, tapi dengan kerja keras,
ketekunan, dan benih-benih pantang menyerah untuk kebermanfaatan mereka
akhirnya berhasil. Salut dengan pemuda-pemuda kreatif inovatif seperti mereka.
Lanjut ya, mari kita mulai
perjalanan menuju Kampung Jodipan Malang. Untuk masuk ke kampung ini, kita
harus membayar tiket senilai Rp 2000. Harga yang sangat murah untuk pemandangan
yang begitu indah.
Tidak jauh dari pintu masuk, saya
menemukan spot berbentuk hati. Dari tempat ini, kita bisa menyaksikan
warna-warni rumah dan jalanan sepanjang Kampung Jodipan ini.
Berikutnya, menuju ke spot
bertembok pink dan di bagian atas ada payung-payung. Instagramable banget kan?
Oia, buku di tangan saya itu merupakan karya Boy Candra. Judulnya, Setelah Hujan Reda. Saat membeli buku
itu, saya membayangkan ceritanya adalah bagaimana seseorang hidup setelah
melewati masa-masa sulit. Dan saya pikir, kampung ini cocok dengan
kalimat setelah hujan reda. Setelah melewati masa-masa yang dilabeli kumuh,
kini kampung ini jadi salah satu primadona wisata. Masok nggak se?
Nah, foto yang ini saya melewati
bagian depan rumah-rumah warga kampung. Tidak hanya warna-warni, ada banyak ornamen
hiasan yang digantung.
Baca juga : Perjalanan di Pedalaman Sulawesi Utara
Baca juga : Perjalanan di Pedalaman Sulawesi Utara
Ada juga dinding yang dihias
dengan kain batik, pun dihiasi beragam kerajinan yang nampak cantik.
Kalau ini, salah satu spot
favorit saya, kupu-kupu. Seperti yang kita tahu, kupu-kupu melambangkan
transformasi seekor ulat yang harus melewati berbagai hal hingga akhirnya
menjadi makhluk cantik, kupu-kupu.
Spot paling favorit saya lainnya adalah tirai warna-warni ini. Kenapa favorit? Entahlah, saya saya suka begitu saja. Betul-betul tanpa sebab. Beberapa hal tentang perasaan, memang terkadang tanpa sebab bukan?
Nah, berikut ini foto kondisi
pengunjung. Memang paling menyenangkan mengunjungi tempat ini dengan keluarga
atau sahabat. Menikmati energi positif dari warna-warni kampung dengan mereka
yang menyayangi kita.
Spot di bawah ini juga ramai.
Banyak lho yang antri foto ala-ala film Ada
Apa Dengan Cinta. Oia, tahun lalu kampung Jodipan ini juga dijadikan tempat
syuting film Yowis Ben lho. Tahu kan?
Yap, itu dia sebagian kecil
foto-foto saat berjalan-jalan di Kampug Jodipan. Oia, di kampung ini juga ada
jembatannya loh. Tapi sayang, saya saat ke sana nggak sempet naik ke atas
karena khawatir keburu masuk waktu sholat magrib. Tapi tenang, ini aku tunjukin
foto jembatannya, dari instagram kak Chiki Fawzi. Di foto, kak Chiki bersama
Salis, salah satu inisiator Kampung Jodipan.
Itu dia Kampung Warna-Warni, yang dulunya kumuh kini menjadi teramat cantik. Karenanya, dengan usaha keras, sesuatu yang awalnya disisihkan, pada waktunya akan menjadi berharga.
Baiklah, saatnya kita berpisah. Berbahagialah selalu ya rek.
Baiklah, saatnya kita berpisah. Berbahagialah selalu ya rek.
Jadi ingin ke Malang, Kak...Indah sekali ceritanya
ReplyDeleteYuhuu... ayo ke Malang...
Delete